Ini malam yang ke 365 aku masih menunggumu dalam diam di sisi sepi. Tapi
kau juga tak pernah paham akan isyarat yang kuberi lewat pesan-pesan
kata yang berdentuman dalam huruf-huruf pesan singkat ponsel dan
deringan telepon yang tak pernah ingin kau jawab. Kau mestinya
mengangkatnya, pulang dan mendongeng cerita untuk buah hati kita sebelum
dia terlelap dibuai angin malam dan diraba bunga tidur.Mungkin kau lupa
mengingat bagaimana pertama kali bertemu dan kemudian kita saling jatuh
hati. Atau mungkin kau juga lupa bagaimana pertama kali kau menciumku
dan memintaku untuk mengulanginya sekali lagi dalam satu waktu. Ah….
terlalu sentimental dan melankolis bukan?
Sekarang
kenangan itu sudah habis dan tak pernah bisa terbagi lagi ketika ketok
palu perceraian sudah mengajak untuk larut dalam api kebencian, merias
kemarahan dalam cermin kaca kehidupan, dan membayangi dalam rumah yang
selalu pernuh dengan prasangka.
Selamat berpisah teman
seperjalananku, kita sudah berada disisi persimpangan jalan panjang yang
mungkin tak pernah berakhir indah jika kita meneruskan bersama. Akan
kuakhiri dengan caraku bukan karena aku yang memilih jalan langkahmu
tapi kau sudah memilihnya sendiri dengan caramu……………..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar