Minggu, 22 April 2012

YANG PERGI DAN HARUS PERGI

Ketika aku menulis ini, aku lagi terserang amnesia akut. Hampir dua minggu lebih susah tidur dan siangpun tetap tak bersahabat memberikan waktu untuk sekedar rehat. Terlalu banyak yang memenuhi kepala, seperti ikan di empang yang kelebihan kapasitas (over carrying capacity), berebut oksigen untuk bertahan idup, berebut tempat untuk sekedar makan, berloncatan kesana kemari. Belum sempet memejamkam mata sejenak tiba-tiba azan subuh sudah berkumandang menandakan bahwa hari baru telah datang dan kemaren telah berganti, dan aku masih di sini memandang huruf-huruf di email kerja sambil selingkuh membaca messege di inbox account jejaring sosialku yang ditinggalkan seorang yang hampir membuatku naek darah meradang.............dan tidak sedikitpun kantuk menyerang, apa yang salah denganku???....

Hmmm bisa jadi waktu memang telah melupakanku ato aku yg melupakan waktu. Seperti hampir 4 tahun yang  lalu kulewati bersama seseorang yang pernah kucintai dan kemudian berpisah dengan seorang anak yang menjadi tanggungjawabku sepenuhnya. Sekarang dan Masa Depan. Lalu beberapa bulan kemudian, berusaha mengisi pedihnya ati dengan menjalin kembali kisah lama yang pernah kandas dengan seseorang yang pernah ada di masa lalu. Walopun si tukang tarot meramal bahwa hubungan ini tidak akan pernah berhasil karena aku hanya ingin sekedar membolak-balik buku lama tanpa pernah punya niat buat menyelesaikan membaca buku tersebut. Hubungan ini sama seperti aku memulai tapi tak pernah merencanakan bagaimana akhirnya atau merancang suatu cerita tapi tanpa pernah tau bagaimana endingnya... Going it flows ...Sayangnya aku terlalu going it flows dan melupakan kemanakah muara dari semua ini. Aku amnesia bahwa semua cerita harus memiliki akhir, semua kisah harus memiliki muara seperti air sungai yang selalu bermuara ke samudera lepas pantai. Kemudian setelahnya disambung dengan pertemanan dengan beberapa yang kugariskan hanya cukup berteman saja dan jangan pernah berharap lebih. Tapi kemudian hilang juga ditelan bumi, kabar dari beberapa temen mengatakan mengapa alasan mereka pergi, ada yang bilang begini dan begitu..tapi aku tak pernah peduli, toh emank tak pernah terjadi apa-apa dan tak pernah ada ikatan apa-apa. Dan kemudian selanjutnya waktu disambung dengan hilang sendiri. Aku terdiam tak bergeming. Semesta menarikku untuk terdiam dan beralih focus ke hal-hal yang ingin kujalani tanpa memikirkan siapa yang akan menjadi temenku berjalan.

Memang tak ada yang abadi didunia ini, segala sesuatu bisa putus ditengah jalan, segala sesuatu bisa menjadi bekas atau mantan. Hanya pertalian persaudaraan yang tak pernah putus dan lekang oleh waktu. Segala sesuatu akan menghilang begitu saja bagai debu tertiup angin, tak meninggalkan jejak sedikitpun, raib dan hilang ditelan bumi yang kemudian hanya meninggalkan luka di ati terdalam, dada yang sesak karena perih yang tak pernah terwakilkan dengan kata-kata apapun, airmata yang terus mengalir bila terkenang dan emosi yang merajalela karena perlakuan yang tak pantas di terima. Luka selalu meninggalkan bekas tanda yang mengisyaratkan bahwa sesuatu peristiwa pernah ada dan terjadi. Walopun luka itu telah mengering tak ada lagi darah, nanah, daging yang terkoyak tapi jejak pedih itu masih ada dan waktu tak akan mungkin mengulang kembali ke masa lalu. Memang semua luka pasti akan sembuh tapi bekasnya tidak begitu saja hilang seiring waktu. Sudah tak ada tangis yang tersisa, sudah mengering dan mungkin memang tak perlu menangis lagi tapi mengingatnya tetap membuat sulit tidur, dada yang sakit seperti di hantam ladam, nafas yang berat dan sesak, jerit yang tertahan dan mengumpal naek keatas mencekik leher sehingga bersuara pun menjadi susah ...bisu..dan mematung lupa bagaimana caranya bicara....

Hmmm...aku hanya ingin kau tau, bahwa hatiku telah mati menjadi abu. Pesen yang kau tinggalkan di salah satu account jejaring sosialku berhasil membuatku meradang sekaligus termangu.Setelah hampir 4 tahun dan baru sekarang kau menulis sesuatu yang kau tujukan untukmu. Anak itu memang anakmu tapi juga anakku. Anak itu sudah lupa bagaimana wajah ayahnya,  ingatannya masih terlalu muda untuk merekam seperti apa wajahmu setelah kau tinggalkan begitu saja. Kenapa baru sekarang kau ingat pernah punya anak? Lalu tiba-tiba ingin bertemu dan menanyakan kabarnya. Apa maksudmu? Mungkin bagimu 3,5 tahun bukan waktu yang lama untuk kau pergi tapi kau lupa 3,5 tahun waktu yang begitu berat untuk kami lalui dan 3,5 tahun tidak akan pernah sama terlewati seperti dulu. Aku tak ingin membaca pesenmu sampai tuntas karena ada sakit yang tak pernah ingin kukorek lagi. Ada suara halus ditelingaku yang berbisik bahwa tak akan pernah terjadi lagi. Kau tak menyisakan kenangan bagiku...tak perlu meminta maaf..dan juga tak perlu meminta waktu untuk mengulang kembali, menarik semua ucapan selamat tinggal yang pernah kau ucapkan. Tak perlu mengulanginya, karena tak ada yang kau tinggalkan. Kau dan aku telah berpindah cerita. Cerita kita sudah lama tak berjalan pada plot yang sama. Aku dan kau tidak lagi berada dalam suatu cerita yang sama lagi. Semua sudah ditandakan oleh tuhan pemilik alam semesta dan alam sudah memberi isyarat penuh, hanya kemaren kita tak terlalu pandai membaca makna di baliknya. Sudah kukubur semuanya serapat mungkin,..hampa udara dan cahaya. Biarkan kenangan itu tetap tersembunyi selamanya dan tidak akan pernah menjadi obrolan imajiner dimanapun kita berada nantinya karena kau bukan sosok yang tepat bagiku lagi untuk bicara dari hati ke hati lagi, sekarang ataupun nanti di masa depan.....

Tebus tahun-tahun yang kau anggap hilang dengan jalan lain. Pergi dan menarilah dalam dimensimu sendiri, dan jangan pernah tersesat lagi di tikungan jalan yang lain. Belajarlah!!!! Semua sudah ada yang mengatur, Ada tuhan dengan segala rencana dan cerita yang tak pernah kau tahu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar